Swedia…tunggu aku

“Do you think it is interesting?”

Ups…jujur nggak ya? Belum sempat saya jawab ia pun melanjutkan “May be not. But it is good”. Sejak awal saya sendiri merasa topik saya kurang menarik, bahkan untuk diri saya sendiri. Kalaupun saya putuskan untuk mengambil topik itu maka lebih didasarkan pada kemudahan aksesibilitas data. Selain tentu saja hasrat-hasrat terselubung agar bisa menetap di sini. Kalau mau menuruti keinginan sebenarnya saat ini fokus pada akuntansi pemerintahan jauh lebih menantang dibanding masalah per-LAKIP-an. Lima tahun terjerumus dalam dunia akuntabilitas kinerja sesungguhnya cukup menorehkan kejenuhan. Apalagi melihat fakta ‘kegagalan ‘konsep pengukuran kinerja untuk diaplikasikan di negeri sendiri seolah semakin menguatkan bahwa riset saya tidak terlalu banyak membawa manfaat. Bagi saya jelas ada dan itu tak perlu diragukan. Kalau buat instansi pemerintah? Hmmmm apa ya?

Continue reading “Swedia…tunggu aku”

Saat IT menjadi kebutuhan (BB Jilid 3)

Kali ini rasa minder itu sudah berada di titik nadir. Bisa jadi ini hanya perasaan saya saja. Tapi begitulah adanya. Rupanya prediksi yang saya dasarkan pada pengalaman beberapa tahun silam kali ini tidak berlaku lagi. Kalau saat itu saya tetap merasa PD dengan HP jadul, rupanya saat ini tidak begitu. Bahkan, untuk mengeluarkan dari saku untuk sekedar melihat berapa lama lagi saya akan turun dari tram pun terpaksa saya redam.

Continue reading “Saat IT menjadi kebutuhan (BB Jilid 3)”

Dunia sudah berubah, Bung! (BB Jilid2)

Belum pernah saya merasa minder seminder-mindernya seperti saat itu. Apalagi hanya masalah ketiadaan gedget yang terbaru. Bahkan ketika delapan tahun lalu rekan-rekan saya hampir tiap hari meledek hp saya yang hanya bisa sms dan menelfon pun saya masih tetap pede sekali. Ya..saat itu hampir seluruh teman saya sudah memiliki hape dengan berbagai fasilitas khususnya kamera. Atau, ketika kebanyakan rekan seangkatan dan adik kelas sudah memiliki mobil saya masih tetap bisa menikmati suasana pete-pete (angkot-red). Bagi saya sepanjang kebutuhan saya masih bisa dipenuhi dengan apa yang saya miliki itu sudah lebih dari cukup.

Continue reading “Dunia sudah berubah, Bung! (BB Jilid2)”

Kapan Beli BB?

Jadi, kapan beli BB?

Entah kenapa pertanyaan tersebut begitu sulit saya jawab. Yang bisa saya lakukan saat itu hanyalah tersenyum-senyum menatap sang penanya sembari berharap sebuah pengertian. Saat ini BB adalah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kami yang kebetulan bersama-sama menggarap blog warungkopipemda. Pertemuan secara fisik bagi kami berlima teramat sulit dilakukan meski kami masih dalam satu tempat kerja. Pola penugasan kantor yang sering mengharuskan kami ke luar kota membuat interaksi via gedget menjadi sangat dibutuhkan. Apalagi, saat-saat kami harus membuat keputusan penting terkait dengan penerbitan buku.

Continue reading “Kapan Beli BB?”