Kau/

Suatu ketika kakakmu menanyakan padaku: mengapa aku tidak memakai fotomu sebagai wallpaper di hp-ku. Seperti biasa, aku memintanya menebak alasanku. Tidak terlalu salah tebakannya.

Ya, aku masih belum sanggup melihatmu tanpa rasa bersalah, tanpa rasa sedih, tanpa rasa nelangsa meski sudah hampir dua tahun kau tak bersamaku.

Ia katakan bahwa aku bisa memilih foto di mana aku tak harus melihat wajahmu. Cukup foto tangan atau kakimu.

Ah..ya, aku baru teringat ada satu fotomu saat kau berusia satu tahun empat bulan. Saat itu kau bermain-main dengan sebuah pulpen yang kau jepit dangan jari kaki kananmu. Kau masih ingat? Kita sama-sama tertawa saat itu. Kau tertawa karena berhasil melakukannya, dan aku tertawa melihat tingkahmu. Tak lupa, aku sempatkan mengambil foto kakimu dan pulpen itu.

Oya, kakakmu juga mengatakan padaku, kelak jika ia memiliki hp ia akan memilih foto terbaikmu sebagai wallpaper.

……

Sepatu itu..

Seminggu lalu

aku menemukan sepatu itu

Sepatu yang sama

yang kau pakai ketika kita pulang

Saat itu aku mencari sepatu

untuk kukenakan

di toko yang sama

Kau tau,

anganku selalu melayang kepadamu

setiap kali aku melewati toko itu

saat itu kau begitu sabar

menungguku memilihkan

sepatu untukmu

tanpa sengaja

mataku menangkap kembali

sepasang sepatu itu

Ragu aku hampiri

lama aku berdiri terdiam

menatapnya

berharap aku masih

bisa memakaikannya untukmu

…..

Methodology Chapter

Akhirnya, mau tidak mau saya harus mampu memahami istilah ontology, epistemologi, positivist, interpretivist, dan ist-ist lainnya. Saya pikir istilah tersebut hanya menghiasi fikiran, tanpa harus menuangkannya dalam bahasa Inggris di thesis saya. Nyatanya..

Tiga tahun yang lalu saya sempat menyatakan kegalauan saya saat mencoba memahami methodology chapter thesis supervisor saya. Saya katakan padanya, I try to understand these term. But it’s hard for me to understand. Kala itu ia hanya menjawab, “don’t worry”. Kamu tidak perlu memahaminya dulu. Katanya lagi, metodologi chapter itu ditulis terakhir-terakhir. Dan ternyata, hari ini telah tiba saatnya. Mau tidak mau harus dihadapi. Nggak bisa lagi beralasan, “don’t worry”.

Secara konsep sebenarnya sudah tau sedikit demi sedikit sejak diperkenalkan oleh ibu-ibu di Srikandi PhD. Terima kasih mbak-mbak semua. Kemudian, saya coba perdalam dengan melihat video dan dari wikipidia. Ya…lumayan. Kalau ada yang berbicara masalah tersebut paham lah…meski belum cukup pede untuk nimbrung.

Sudah seminggu ini saya mencoba memberanikan diri untuk mendalami. Ya gimana lagi, mau tidak mau. Yo wis lah. Beberapa artikel sudah di download. Video sudah di tonton. Kemarin, saya pinjam sekitar delapan buku sebagai bekal. Tapi ya gitu. Meski sudah mulai nancap di kepala, untuk mengeluarkan menjadi kata-kata dalam bahasa Inggris ternyata masih susah.

Kali ini sepertinya harus dibuat versi Indonesianya terlebih dahulu biar lancar. Setidaknya untuk ‘mengikat’ apa yang sudah saya baca, lihat, dan dengar.

Dua Chapter di bulan Februari 2017

Mungkinkah?

Memang sangat ambisius, dua chapter dalam waktu satu bulan. Bulannya pun Februari yang berjumlah 28 hari. Kalau dihitung jumlah kata, targetnya menjadi sekitar 12ribu kata. Dua Chapter tersebut adalah methodology dan conclusion.

Sebenarnya bukan juga tanpa perhitungan dalam menetapkan target ini. Dua tahun lalu saya menetapkan seratus ribu kata dalam setahun, hanya tercapai setengahnnya. Empat bulan yang lalu menetapkan tiga puluh ribu kata dalam tiga bulan, hanya tercapai dua per tiganya. Lumayan, ada peningkatan. Perkembangan terakhir, di bulan Januari 2017 saya bisa menulis sepuluh ribu kata dalam satu bulan.

Jika di lihat rata-rata jumlah harian, secara umum antara 400-700 kata. Namun ada beberapa hari dimana dalam satu hari bisa mencapai dua ribu kata. Wow….maklum, semester panik ternyata justru jadi pemompa yang dahsyat untuk menghasilkan tulisan.

Soal isi entahlah…yang penting target kuantitas tercapai dulu.

Pagi ini saya menerima email dari supervisor. Selain menawarkan pertemuan untuk membahas draft yang saya kirim, dia juga melampirkan hasil koreksian, 1/3 dari jumlah halaman draft yang saya kirim.

Hasilnya?

Sungguh draft saya terlihat seperti pelangi. Penuh warna-warni hasil editan. Biasanya saya tidak terlalu shock setiap kali melihat warna-warni tersebut. Justru senang karena saya jadi tau letak kesalahan saya.

Kali ini sedikit berbeda, ada sedikit rasa mirip-mirip nelangsa yang membuat saya berbisik, ‘duh’. Mungkin karena sudah sampai titik H-6 bulan. Disaat yang sama saya juga berharap bisa menyelesaikan target dua Chapter di bulan ini.

Kegalauan tersebut tidak terlalu lama, karena setelah saya baca dengan seksama ada kalimat supervisor saya yang baik hati tersebut: minor correction. Tulisannya memang cukup besar sehingga hampir seluruh halaman terlihat dominan dengan tulisan warna-warni. Saya sendiri agak sulit membaca. Jadi mending nunggu pertemuan minggu depan.

Saya cukup lega dengan kalimat ‘minor correction’ tersebut. Biasanya, kesalahan yang sering saya lakukan adalah masalah penggunaan kalimat atau kata yang dalam versi indonesia sudah pas, giliran saya nyatakan dalam bahasa Inggris bisa ditangkap berbeda oleh pembaca. Atau, dalam beberapa hal saya perlu memperjelas apa yang saya maksud. Ini yang sering terjadi, perasaan saya sudah mengatakan dalam tulisan, ternyata bagi supervisor masih juga dianggap belum menjelaskan. Smoga tulisan warna-warni tersebut sebatas masalah pilihan kata. Bukan nambah lagi penjelasan yang mengharuskan saya melewatkan seminggu dua minggu kembali ke chapter tersebut.

Kembali ke target.

Apapun, kalau lah nanti saya harus melakukan editing chapter yang baru saja saya serahkan ke supervisor saya. Target tetap sama, dua Chapter di bulan Februari. Untuk itu pula saya sempatkan menulis target itu di sini sebagai driver (bukan sopir lho ya)  agar selalu berfokus pada pencapaian target.

Bismillah….

Brunswick, 4/2/2017